Azab Suami Yang Suka Berbohong
#5 Menggunakan Uang Secara Diam-Diam
Beberapa suami mungkin menggunakan uang secara diam-diam atau menyembunyikan kondisi keuangan mereka. Hal ini bisa termasuk berbohong soal penghasilan atau mengelola uang untuk keperluan tertentu tanpa sepengetahuan istri.
Ilustrasi suami suka berbohong masalah uang. Sumber: tirachardz
Yuk, Bangun Ulang Kepercayaan!
Bunda, membangun ulang kepercayaan membutuhkan waktu dan kesabaran. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, serta komitmen untuk memperbaiki situasi bersama-sama.
Dengan mengambil langkah-langkah di atas, Anda dan pasangan dapat bekerja sama untuk mengatasi kebohongan finansial dan membangun kembali fondasi yang kuat untuk masa depan keuangan dan hubungan yang lebih sehat.
Ingatlah bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama, dan dengan upaya bersama, Anda dapat mengatasi tantangan ini. Semangat!
Bila tips di atas belum membantu, Anda juga bisa berkonsultasi dengan saya atau perencana keuangan Finansialku lainnya sebagai penengah yang netral untuk mengatasi permasalahan keuangan Anda dan suami. Hubungi melalui nomor WhatsApp 0851 5866 2940.
Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.
Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Jangan lupa bagikan informasi ini kepada pasangan suami-istri lainnya yang memiliki permasalahan serupa. Terima kasih.
Suami-Suami yang Suka Memukul—Tinjauan dari Dekat
DENGAN suara bulat para ahli menyetujui bahwa pria yang suka memukul istri pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yang sama. Para dokter, ahli hukum, polisi, pejabat pengadilan, dan karyawan di bidang kemasyarakatan—yang pekerjaannya membuat mereka sehari-hari berhubungan dengan kekerasan dalam keluarga—semuanya menyetujui hal ini. Seorang pejabat pengadilan mengatakan, ”Cinta kepada diri sendiri—itulah ciri utamanya. Persamaan (analogi) antara pemukul istri dan seorang anak kecil benar-benar luar biasa. Kisah mengenai ledakan kemarahan diceritakan oleh setiap wanita yang saya tangani. Si pemukul dapat berhubungan secara baik dengan dunia hanya jika dunia ini dapat memenuhi kebutuhannya.” Pejabat ini menyebut si pemukul ”sosiopatis” (sociopathic), yang berarti ia tidak mampu mempertimbangkan akibat dari tindakannya.
”Hal yang menarik,” kata seorang penulis, ”pria yang suka menganiaya pada umumnya memiliki citra diri yang sangat rendah, perasaan yang sama yang mereka coba paksakan ke dalam diri korban mereka.” ”Sifat menguasai dan cemburu, juga ketidakmampuan seks dan perasaan rendah diri, adalah ciri-ciri umum dari pria yang suka memukul wanita,” kata seorang wartawan. Menyetujui ciri-ciri seorang penganiaya istri, seorang psikiater terkemuka menambahkan pendapatnya, ”Pemukulan adalah salah satu cara dari pria yang rendah diri untuk membuktikan kejantanannya.”
Jelaslah bahwa seorang pria penganiaya akan menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mempertahankan kendali dan memperlihatkan kekuasaan atas teman hidupnya. Seorang penganiaya istri menyatakan, ”Jika kami berhenti memukul, kami akan kehilangan kendali. Dan hal itu sama sekali tidak boleh terjadi, dan tidak bisa diabaikan.”
Sering, tanpa alasan, suami yang suka memukul mempunyai sifat ingin memiliki yang tidak masuk akal dan merasa cemburu. Ia mungkin mengkhayalkan hubungan yang romantis antara istrinya dengan pengantar pos, pengantar susu, teman dekat keluarga, atau siapa saja yang ditemui istrinya. Sekalipun ia memperlakukan istrinya dengan kasar, menyakiti tubuhnya, ia sangat kuatir akan perpisahan atau kehilangan istrinya. Jika istri yang dianiaya mengancam untuk meninggalkan dia, ia mungkin berbalik mengancam akan membunuhnya dan kemudian bunuh diri.
Perasaan cemburu sering muncul pada waktu sang istri hamil. Suami bisa jadi merasa terancam akan kemungkinan bahwa kasih sayang istrinya akan berpindah darinya, bahwa sang bayi akan menjadi pusat perhatian. Banyak wanita yang dipukul melaporkan bahwa tanda pertama dari penganiayaan oleh suami adalah ketika suami mereka memukul perut dengan sangat keras selama masa kehamilan yang pertama. ”Perasaan cinta kepada diri sendiri (narsisisme) yang dimiliki suami akan menyebabkan ia benar-benar ingin membunuh bakal anak tersebut,” kata seorang pejabat pengadilan.
Segi lain dari ciri-ciri pemukul istri adalah siklus kekerasan yang dialami, sebagaimana diteguhkan oleh banyak istri yang dipukul. Pada tahap pertama, suami mungkin hanya akan menggunakan caci-maki atau bahasa kotor. Ia mungkin mengancam akan mengambil anak-anak dari istrinya, dengan mengatakan bahwa istrinya tidak akan melihat anak-anak lagi. Karena merasa terancam, sang istri akan mengakui bahwa segala sesuatu adalah salah dia, bahwa dialah penyebab dari perlakuan kasar suaminya. Kini ia berada di bawah telapak tangan suaminya. Sang suami memegang kendali. Namun ia harus memiliki kekuasaan yang lebih besar. Tahap pertama ini dapat timbul setiap saat setelah perkawinan—kadang-kadang hanya dalam beberapa minggu setelahnya.
Tahap kedua mungkin akan disertai ledakan kekerasan—menendang, meninju, menggigit, menarik rambut, membanting istrinya ke lantai, mengadakan hubungan seks dengan cara yang sangat kasar. Untuk pertama kali, sang istri menyadari bahwa itu bukan salah dia. Ia berpikir bahwa penyebabnya mungkin berasal dari luar—stress di tempat kerja atau ketidakcocokan dengan teman-teman sekerja.
Segera setelah ledakan kekerasan tersebut, sang istri dihibur oleh penyesalan suaminya. Sang suami kini berada pada tahap ketiga dari siklus tersebut. Ia melimpahi istrinya dengan hadiah-hadiah. Ia memohon pengampunannya. Ia berjanji bahwa hal tersebut tidak pernah akan terjadi lagi.
Namun hal itu terjadi lagi, dan berulang kali. Tidak ada lagi penyesalan. Sekarang hal itu menjadi cara hidup. Ia selalu mengancam akan membunuh istrinya jika sang istri mengancam akan meninggalkan rumah. Ia kini berada dalam kekuasaan penuh suaminya. Ingat kata-kata seorang pemukul istri yang tadi dikutip, ”Jika kami berhenti memukul, kami akan kehilangan kendali. Dan hal itu sama sekali tidak boleh terjadi.”
Pria yang suka memukul istri selalu akan mempersalahkan teman hidup mereka karena memancing pemukulan. Seorang direktur program dari biro jasa bantuan untuk wanita-wanita yang dipukul melaporkan, ”Si pemukul akan mengatakan kepada pasangan wanitanya, ’Kamu tidak melakukan hal ini dengan benar, karena itu saya memukulmu.’ Atau, ’Makan malam terlambat, itulah sebabnya saya memukulmu.’ Selalu sang wanita yang salah dan jika tindakan mempermainkan emosi tersebut berlangsung selama bertahun-tahun, sang wanita dicuci otak untuk mempercayainya.”
Seorang istri diberitahu oleh suaminya bahwa dialah yang memancing perlakuan-perlakuan kasar tersebut melalui hal-hal yang ia lakukan dengan salah. ”Dengan meningkatnya kekerasan, meningkat pula dalih-dalihnya. Dan selalu dikatakan, ’Lihat apa yang telah saya lakukan gara-gara kamu. Mengapa kamu ingin agar saya melakukan kekerasan seperti ini?’”
Seorang bekas pemukul istri, yang ayahnya juga suka memukul istri, mengatakan, ”Ayah saya tidak pernah dapat mengakui bahwa ia salah. Ia tidak pernah meminta maaf atau mau bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Ia selalu menyalahkan korbannya.” Putranya juga mengakui, ”Saya menyalahkan istri saya sebagai penyebab semua penganiayaan yang diterimanya.” ”Selama 15 tahun,” kata yang lain, ”saya menganiaya istri saya karena ia seorang Saksi Yehuwa. Saya menyalahkan istri saya untuk segala sesuatu. Saya tidak menyadari bahwa apa yang saya perbuat begitu jahat sampai saya mulai belajar Alkitab. Sekarang hal itu menjadi kenangan yang buruk dalam hidup saya. Saya mencoba untuk melupakannya, namun hal itu selalu ada dalam ingatan saya.”
Kisah mengenai ayah dan anak, yang kedua-duanya suka memukul istri, bukan hal yang unik. Hal tersebut, sebaliknya, merupakan ciri-ciri umum dari suami yang suka memukul. Sang anak mengakui bahwa pemukulan istri telah berlangsung 150 tahun dalam keluarganya, seolah-olah diteruskan dari ayah ke anak. Menurut Koalisi Nasional Melawan Kekerasan dalam Keluarga (di A.S.), ”dari antara anak-anak yang menyaksikan kekerasan di rumah, 60 persen dari anak laki-laki akhirnya menjadi pemukul istri dan 50 persen dari anak-anak perempuan menjadi korbannya”.
Seorang penulis surat kabar mengatakan, ”Sekalipun mereka mungkin tidak kena pukul dan tidak memperlihatkan gangguan secara lahiriah, anak-anak ini telah mempelajari sesuatu yang mungkin tidak pernah akan mereka lupakan, bahwa mengatasi problem dan stress dengan cara kekerasan dapat diterima.”
Mereka yang menyediakan penampungan bagi wanita-wanita yang dipukul mengatakan bahwa anak laki-laki yang pernah melihat ibu mereka dipukul oleh ayah mereka sering berlaku kasar terhadap ibu mereka atau mengancam akan membunuh saudara-saudara perempuan mereka. ”Ini bukan hanya permainan anak-anak,” kata seseorang. ”Itu niat yang sungguh-sungguh.” Setelah melihat orang-tua mereka menggunakan kekerasan untuk mengatasi kemarahan, anak-anak menganggap itu sebagai satu-satunya pilihan mereka.
Ada sebuah lagu anak-anak (dalam bahasa Inggris) yang mengatakan bahwa anak-anak perempuan terbuat dari ”gula dan penyedap, dan segala sesuatu yang enak”. Anak-anak perempuan ini kelak tumbuh menjadi ibu dan istri, yang kepadanya sang suami mengatakan ’saya tidak dapat hidup tanpa engkau’. Jadi, jelas sekali bahwa keadilan menentang tindakan penganiayaan terhadap istri, namun keadilan siapa—manusia atau Allah?
Kebohongan adalah masalah serius, terlebih dalam sebuah hubungan pernikahan. Mendapati suami atau istri yang suka berbohong tentu menghilangkan kepercayaan yang sudah dibangun.
Nah, berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi pasangan yang suka berbohong.
Suka berbohong tanda pasangan manipulatif?
Ciri Suami Berbohong Masalah Keuangan
Banyak istri yang tidak mengetahui berapa pendapatan suaminya. Biasanya istri hanya menerima nominal tertentu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Lebih parahnya, suami tidak mau tahu apakah nominal tersebut mencukupi atau tidak.
Bukan hanya itu, banyak juga yang melakukan belanja barang konsumtif secara diam-diam. Ketika ketahuan, suami tidak jujur mengenai harga belinya.
Berawal dari kebohongan soal harga lalu merembet bohong tentang utang. Memiliki utang namun tidak mengakuinya hingga menyembunyikan tagihan kartu kredit.
Kebohongan klasik lainnya yaitu ketika memberi orang tua. Suami berbohong soal jumlah atau suka memberi secara diam-diam. Biasanya ketika kondisi keuangan keluarga sendiri sedang ketat, di sisi lain orang tua perlu dibantu.
Ada juga yang berbohong tentang kepemilikan aset lain, seperti rekening bank, simpanan uang tunai, bahkan sampai ke rumah dan tanah.
Selain hal di atas, yuk simak video ini supaya Anda dan suami makin harmonis.
Sering Memicu Pertengkaran
Menurut psikologis, suami yang sedang berselingkuh cenderung sering memicu pertengkaran dari hal-hal yang terlihat sepele tanpa alasan logis. Beberapa kasus tersebut sengaja dilakukan agar istri merasa tidak nyaman dan meminta untuk berpisah. Bahkan ada yang berujung dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Salah satu cara seseorang yang selingkuh adalah sering menuduh. Secara tidak sadar mereka melakukan itu untuk menutupi rasa bersalahnya.
Suami akan bersikap sebagaimana mereka menilai dirinya sendiri. Bahkan bisa bersifat agresif kepada pasangan sampai menggunakan kekerasan karena mereka juga takut kehilangan.
#1 Mulai dengan Kejujuran Sendiri
Ceritakan kondisi keuangan pribadi Anda terlebih dahulu. Hal ini dapat memicu suami untuk lebih terbuka mengenai keuangannya.
#3 Hindari Emosi dan Tuduhan
Jika mengetahui suami berbohong, hindari memojokkan atau menyalahkan. Sebaliknya, ajak bicara dengan tenang dan rasional tentang pentingnya transparansi keuangan.
Study Case Masalah Suami yang Berbohong Perihal Keuangan
Apakah suami Anda sering melakukan kebohongan finansial? Mari belajar dari kasus Alya dan Budi di bawah ini.
Alya dan Budi telah menikah selama lima tahun. Alya mulai curiga ketika Budi sering terlambat memberikan uang bulanan dan tampak risih saat diajak bicara soal keuangan.
Suatu hari, Alya menemukan bahwa Budi menghabiskan sebagian besar gajinya untuk hobi mahal tanpa memberitahunya. Selain itu, Budi juga memiliki utang yang tidak pernah dia ceritakan pada Alya. Alya merasa kecewa dan dikhianati karena Budi tidak jujur tentang kondisi keuangan mereka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka solusi yang perlu dilakukan Alya dan Budi diantaranya:
Alya perlu mencoba memahami mengapa Budi merasa perlu berbohong. Apakah dia takut Alya tidak setuju dengan pengeluarannya atau merasa tertekan dengan harapan keuangan yang tinggi? Memahami alasan ini bisa menjadi langkah pertama untuk memecahkan masalah.
Alya bisa mengajak Budi duduk bersama untuk berbicara secara terbuka tentang keuangan mereka tanpa menyalahkan atau menuduh. Dia bisa menjelaskan perasaannya dan pentingnya kejujuran dalam hubungan mereka.
Setelah berbicara, mereka dapat membuat kesepakatan bersama mengenai bagaimana mereka akan mengelola keuangan keluarga ke depannya. Ini bisa termasuk membuat anggaran bulanan bersama, menetapkan batasan untuk pengeluaran pribadi, dan membuat laporan keuangan bulanan.
Alya dan Budi perlu bekerja sama untuk mengelola dan melunasi utang yang ada. Mereka bisa melibatkan konsultan keuangan atau membuat rencana pembayaran utang yang realistis.
Proses membangun kembali kepercayaan membutuhkan waktu dan komitmen dari kedua belah pihak. Mereka harus terus berkomunikasi secara terbuka dan jujur mengenai keuangan serta mendukung satu sama lain dalam mengatasi masalah keuangan yang ada.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Alya dan Budi dapat memperbaiki hubungan mereka dan mengelola keuangan keluarga dengan lebih baik.
Mulai perubahan dari diri sendiri
Terkadang, salah satu alasan pasangan suka bohong adalah perilaku negatif yang tidak Anda sadari. Jika kasusnya demikian, inilah saatnya untuk mengevaluasi diri Anda.
Sebagai contoh, Anda memarahi pasangan karena kumpul dengan teman-teman selepas jam kantor. Bukan tidak mungkin pasangan Anda akan berbohong kalau ia harus bekerja lembur.
Apabila Anda tidak suka pasangan pergi sampai larut malam, sampaikan dengan baik dengan menyertakan alasan yang logis. Jangan hanya menuntut, “Pokoknya aku nggak suka, titik!”
Ketika masalah ditangani dengan kepala dingin, kemungkinan Anda dan pasangan bisa saling memahami maksud dan keinginan masing-masing.
Jika pasangan memahami maksud Anda, ia akan lebih mempertimbangkan keputusannya dengan matang, apakah akan pergi dengan teman kantor sepulang kerja atau tidak.
Solusi Mengatasi Suami Suka Berbohong Masalah Uang
Banyak pasangan yang merasa enggan untuk terbuka mengenai masalah keuangan rumah tangga sejak awal pernikahan. Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan “perselingkuhan” finansial dalam rumah tangga. Padahal, keterbukaan dalam hal keuangan sangat penting dalam pernikahan.
Kurangnya kepercayaan dan komunikasi yang buruk dalam hal finansial dapat menjadi pemicu masalah keuangan keluarga. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah berikut untuk mengatasi kebohongan finansial yang dilakukan suami: