Klasik Adalah Sejarah

Klasik Adalah Sejarah

Teknik Dasar Sepak Bola

Tidak hanya dari segi peraturan saja, teknik bermain sepak bola juga terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Mulai dari teknik dasarnya hingga berkembang menjadi teknik dengan level yang lebih tinggi lagi serta menonjolkan kemampuan dari setiap individu.

Sementara itu, merujuk kepada buku Modul terbitan Kemdikbud, setidaknya terdapat tiga teknik dasar dalam sepak bola yang perlu dikuasai oleh para pemain olahraga tersebut. Berikut ini beberapa di antaranya.

Taktik Jitu Menguntit Bintang Sepak Bola

Sebagai seorang penggemar sepak bola, kesempatan untuk tinggal beberapa waktu di Inggris merupakan kesempatan yang baik untuk merasakan budaya sepak bola di sana. Melihat kemungkinan dapat bertemu dan mendapatkan kenang-kenangan dari seorang bintang sepak bola yang biasanya hanya dapat disaksikan di layar kaca membuat petualangan mengintip para pemain sepak bola ternama di Eropa pun dimulai. Sebuah momen yang diabadikan lewat kamera atau sebuah tanda tangan dari sang idola menjadi hal yang menyenangkan dari petualangan ini.

Buku Taktik Jitu Menguntit Bintang Sepak Bola ini mengupas tuntas cara bertemu pemain sepak bola di Britania Raya dan beberapa tempat di Eropa. Selain itu, buku ini juga berbagi informasi tentang tempat-tempat yang dapat didatangi agar dapat bertemu sang bintang lapangan hijau, cara untuk mendapatkan foto dan tanda tangan, serta hal-hal yang perlu diketahui dalam perburuan pemain bola.

Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Lewat buku ini pembaca dapat terbantu saat pergi mencari pemain sepak bola idolanya jika berkesempatan berkunjung ke Inggris atau kota-kota lain di Eropa dan dapat merasakan pengalaman tak terlupakan.

Demikian ulasan mengenai offside yang perlu Grameds pahami dalam olahraga sepak bola. Grameds juga bisa membaca dan mendapatkan banyak buku terkait sepak bola di Gramedia.com. Gramedia selalu memberikan produk-produk terbaik untuk Grameds agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Mungkin detikers sudah tidak asing mendengar istilah sabung ayam. Bagi kamu yang belum tahu, sabung ayam adalah permainan adu dua ekor ayam dalam sebuah arena kecil. Bila salah satu ayam keluar arena atau bahkan mati, maka ayam tersebut dianggap kalah.

Permainan sabung ayam cukup terkenal di kalangan masyarakat pada sejumlah daerah, salah satunya di Bali. Namun, di pulau Dewata memiliki istilah nama tersendiri yaitu Tajen.

Ternyata, Tajen sendiri sudah menjadi tradisi masyarakat Bali sejak ratusan tahun lalu. Lantas, bagaimana sejarah Tajen bisa muncul di Bali? Lalu apa makna di balik permainan sabung ayam ini? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini yuk detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Singkat Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” yang berarti kekuasaan atau pemerintahan. Jadi secara harfiah, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat.

Dalam sejarahnya, konsep demokrasi pertama kali dipraktikkan di negara kota (polis) Athena pada abad ke-5 SM. Saat itu, seluruh warga Athena berkumpul untuk membahas dan memutuskan masalah politik. Namun demokrasi langsung ini hanya melibatkan warga laki-laki dewasa, tidak termasuk perempuan, budak, dan pendatang.

Seiring berjalannya waktu, konsep demokrasi terus berkembang dan mengalami transformasi. Pada abad pertengahan, gagasan demokrasi sempat redup di bawah dominasi sistem monarki dan feodal.

Namun, pada era Pencerahan di abad ke-18, pemikiran tentang hak asasi manusia, kebebasan individu, dan kedaulatan rakyat mulai berkembang kembali. Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis menjadi momen penting dalam perjuangan untuk menegakkan prinsip-prinsip demokrasi.

Pada abad ke-20, demokrasi semakin menyebar ke seluruh dunia, terutama pasca Perang Dunia II. Saat ini, lebih dari setengah penduduk dunia hidup di negara-negara yang menerapkan sistem demokrasi.

Aturan Offside tentang ‘Tiga Pemain Belakang’

Ada banyak perbedaan pendapat tentang aturan offside hingga akhirnya Universitas Cambridge mencoba menyatukan berbagai teori ini ke dalam satu rumusan peraturan baku. Aturan baku ini juga kerap diterima serta menjadi pedoman pada masanya.

Aturannya sendiri cukup unik serta dikenal juga sebagai peraturan “tiga pemain belakang”. Dalam peraturan ini seorang penyerang kemudian telah dinyatakan offside meskipun pada posisi depannya masih terdapat tiga pemain belakang lawan, termasuk di antaranya kiper.

Dapat dibayangkan, betapa seringnya terjadi offside saat peraturan ini kemudian diterapkan. Baru selangkah sudah offside. Tangan maju sedikit disebut offside.

Teknik Menendang Bola

Menendang bola sebagai teknik dasar yang harus dikuasai dalam suatu permainan sepak bola. Teknik ini sendiri dilakukan dengan mengayunkan kaki serta dikenakan ke bola, dengan kekuatan dorongan yang telah ditargetkan sebelumnya. Teknik menendang bola juga dapat dipakai untuk berbagai tujuan.

Misalnya saja melesakkan tembakan ke gawang lawan, kemudian mengumpan bola kepada rekan setim, dan melakukan dribbling atau menggiring bola. Perkenaan kaki pada bola saat menendang sendiri tidak hanya di satu tempat saja. Terdapat beberapa bagian kaki yang dapat digunakan untuk melesakkan sepakan. Misalnya, saja pada kaki bagian dalam, kaki bagian luar, serta pada area punggung kaki.

Mengenal Budaya Sabung Ayam di Bali

Dijelaskan dalam e-Jurnal berjudul Gede Kamajaya, Tajen, dan Desakralisasi Pura oleh Ida Bagus Gede Eka Diksyiantara, dkk, permainan sabung ayam atau Tajen merupakan salah satu budaya masyarakat Bali yang sudah berlangsung sejak zaman Majapahit. Hal itu tertuang dalam kitab atau pedoman Pararaton, yang di zaman sekarang disebut sebagai sastra Babad.

Disebutkan dalam kitab Pararaton, Tajen sudah lama berlangsung sejak era kerajaan Bali. Akan tetapi, dalam kitab tersebut tak disebutkan apakah pada saat itu Tajen juga diiringi dengan taruhan atau tidak.

Lalu, pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yakni tepatnya pada masa Gelgel, Tajen mulai sering diadakan di depan Pura Goa Lawah dan sudah menjadi tradisi yang mendarah daging oleh masyarakat kala itu. Sebab, sabung ayam bukan hanya permainan adu ayam saja, melainkan sudah menjadi ritual keagamaan.

Seiring berjalannya waktu permainan Tajen semakin berkembang pesat. Bahkan pada era kemerdekaan sebelum tahun 1980-an, pihak penyelenggara Tajen menggunakan kesempatan tersebut untuk menggalang dana guna pembangunan desa, sehingga permainan Tajen perlu mendapat izin dari pihak berwenang.

Dijelaskan dalam e-Jurnal berjudul Hukum Adat Perjudian yang Mempengaruhi Keadaan Sosial di Bali oleh Rendi Apriyansah, istilah Tajen berasal dari kata taji yang artinya susuk pada kaki ayam. Dalam bahasa Bali, kata taji sendiri bermakna sesuatu yang runcing, sehingga bisa diartikan taji sebagai suatu hal yang tajam.

Dari istilah tersebut, maka ayam-ayam yang ikut dalam sabung ayam harus memiliki taji agar bisa mengalahkan lawannya. Selain itu, Tajen tak hanya sekadar permainan adu ayam saja namun juga dijadikan sebagai sarana untuk upacara keagamaan.

Dalam budaya Bali, Tajen digolongkan menjadi tiga jenis yaitu Tabuh Rah, Tajen Terang, dan Tajen Branangan. Biar nggak bingung, simak penjelasan singkatnya di bawah ini:

Tabuh Rah adalah sabung ayam yang dilakukan untuk upacara agama Hindu di Bali yaitu Bhuta Yadnya, di mana sabung ayam ini digunakan sebagai sarana untuk mengeluarkan darah ayam. Kemudian darah tersebut diberikan kepada Bhuta Kala dalam bentuk sesajen agar mereka tidak mengganggu manusia lagi.

Sebagai informasi, seluruh elemen masyarakat beragama Hindu di Bali terlibat dalam Tabuh Rah. Jadi, dalam proses Tabuh Rah tidak ada unsur perjudian karena merupakan upacara keagamaan, lalu ayam yang digunakan untuk Tajen hanya sebanyak tiga ekor saja.

Tajen Terang adalah sabung ayam yang dilakukan untuk kepentingan mencari dana dan pembangunan desa di Bali. Berbeda dari Tabuh Rah yang termasuk dalam ritual keagamaan, Tajen Terang sudah terdapat unsur perjudian di dalamnya.

Akan tetapi, praktek perjudian mulai dikesampingkan karena Tajen Terang dilaksanakan untuk menambah dana desa. Selain itu, sabung ayam ini juga sudah mendapatkan izin dari pihak berwenang dan perangkat desa, jadi Tajen tidak dianggap ilegal.

Tajen Branangan adalah sabung ayam yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi dan lokasinya sengaja dibuat jauh dari desa, sehingga tidak dapat diawasi oleh aparat berwenang. Tajen Branangan terdapat unsur perjudian yang kental dan tidak mendapatkan izin dari perangkat desa serta pihak berwenang.

Meski mirip-mirip dengan Tajen Terang, namun ada yang membedakan dengan Tajen Branangan. Selain soal perizinan, dalam Tajen Terang nilai taruhan yang dilakukan oleh bobotoh (orang yang melakukan judi sabung ayam) cukup kecil, yakni hanya mencapai ratusan ribu saja.

Lain halnya dengan para bobotoh yang melakukan judi dalam Tajen Branangan, nilai taruhannya bisa mencapai jutaan bahkan ratusan juta. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu sudah jarang ditemukan masyarakat yang melakukan Tajen Branangan karena nilai taruhannya yang besar. Kini, banyak masyarakat Bali yang beralih ke Tajen Terang karena dianggap lebih aman.

Pemilihan umum yang bebas, adil dan berkala

Pemimpin dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu yang diselenggarakan secara rutin, tanpa paksaan dan intimidasi. Setiap warga negara yang memenuhi syarat memiliki hak memilih dan dipilih.

Aturan Offside tentang ‘Satu Pemain Belakang’

Pada tahun 1990, peraturan offside kembali direvisi serta diterapkan pada Piala Dunia 1990 di Italia. Seorang penyerang akan dikatakan dalam posisi offside, jika pada saat ia menerima umpan hanya tinggal satu pemain belakang lawan saja yang ada di depannya.

Dalam situasi normal, pemain belakang ini ialah kiper, juga pemain berhadapan dengan pemain yang berstatus bek. Pada 2003, FIFA kemudian membuat tambahan pasal mengenai offside yang lebih fleksibel ketika seorang berada di posisi offside maka ia belum tentu dinyatakan sebagai offside jika tidak terlibat aktif dalam permainan. Mudahnya adalah tubuhnya tidak berusaha mengejar bola yang diarahkan kepadanya.

Aturan Offside tentang ‘Dua Pemain Belakang’

Ketika FIFA didirikan tepatnya pada tahun 1904, seluruh peraturan sepakbola termasuk diantaranya offside mulai dipikirkan secara lebih serius. Asosiasi sepakbola dari Skotlandia kemudian mengusulkan penggantian aturan “tiga pemain belakang” dengan dua pemain saja.

Konsepnya sendiri sama, bedanya terkena offside adalah saat dua pemain belakang yang berdiri antara seseorang dan gawang musuh. Biasanya, satu bek serta satu kiper. Perubahan peraturan ini mulai diterapkan pada tahun 1925, serta menghasilkan permainan yang lebih atraktif. Sebab peluang terjadinya offside kian mengecil, maka gol yang tercipta pun menjadi lebih banyak serta menghibur para penonton.

Akibat perubahan offside, pola serta gaya permainan pun turut berubah. Setiap pelatih kemudian terpaksa memutar otak untuk mengalahkan offside. Itulah mengapa dahulu taktik 2-3-5 sering sekali digunakan dengan menempatkan dua bek saja, salah satunya menjadi sweeper atau libero.

Aturan Offside tentang ‘Dua Pemain Belakang’

Ketika FIFA didirikan tepatnya pada tahun 1904, seluruh peraturan sepakbola termasuk diantaranya offside mulai dipikirkan secara lebih serius. Asosiasi sepakbola dari Skotlandia kemudian mengusulkan penggantian aturan “tiga pemain belakang” dengan dua pemain saja.

Konsepnya sendiri sama, bedanya terkena offside adalah saat dua pemain belakang yang berdiri antara seseorang dan gawang musuh. Biasanya, satu bek serta satu kiper. Perubahan peraturan ini mulai diterapkan pada tahun 1925, serta menghasilkan permainan yang lebih atraktif. Sebab peluang terjadinya offside kian mengecil, maka gol yang tercipta pun menjadi lebih banyak serta menghibur para penonton.

Akibat perubahan offside, pola serta gaya permainan pun turut berubah. Setiap pelatih kemudian terpaksa memutar otak untuk mengalahkan offside. Itulah mengapa dahulu taktik 2-3-5 sering sekali digunakan dengan menempatkan dua bek saja, salah satunya menjadi sweeper atau libero.